Contoh tari topeng klana (Jawa Barat), tari bedhaya, tari serimpi, tari sawung (Jawa Tengah), tari beskalan, tari ngremo (Jawa Timur), tari rejang (Bali), tari syang hyang (Bali), tari pakarena (Sulawesi Selatan). Tari kreasi adalah bentuk gerak tari baru yang dirangkai dari perpaduan gerak tari tradisional kerakyatan dengan tradisional klasik.
TARI KLANA ALUS Oleh Andreas Eka Putra NIM 13209241006 PENDIDIKAN SENI TARI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA DESKRIPSI SEJARAH TARI TARI KLANA ALUS Tari Klana alus merupakan tari klasik gaya Yogyakarta yang berasal dari kraton Yogyakarta. Tarian ini pada mulanya hanya digelar/eksis dan dipelajari di lingkungan istana saja. Eksistensi puncak perkembangan tari klasik pada masa pemerintahan Hamengku Buwana VIII tahun 1921. Dalam perkembangannya, tari klasik yang semula hanya digelar/eksis di istana kemudian mulai dikenal dan dikembangkan di luar istana, dengan hadirnya organisasi kesenian yang bernama Kridho Bekso Wiromo. Setelah berdirinya organisasi seni di luar tembok istana, maka atas ijin Sri Sultan Hamengku Buwono VII, tari klasik diperkenankan diajarkan serta dikembangkan diluar tembok istana. Tari Klana Alus merupakan salah satu tarian yang dicipta dan dikembangkan di luar tembok istanaYogyakarata. Pencipta tari Klana Alus adalah Candraradana, selaku penari, guru tari, dan pencipta tari khususnya tari klasik gaya Yogyakarta. Tari Klana Alus merupakan tari klasik gaya Yogyakarta yang merupakan jenis tari putra halus. Tarian ini menggambarkan seorang raja yang sedang merindukan sorang putri. Sesuai dengan namanya, maka karakter dan gerak tarinya adalah gerak putra alus. Ciri khas gerakan tari Klana Alus adalah gerak ngana/kiprahan, yang diungkapakan lewat gerak muryani busana. Tarian ini menggambarkan orang yang sedang dirundung asmara yang diekspresikan lewat gerakan memakai busana sampai dengan asesoris. Tari Klana alus secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian yang meliputi bagian pertama maju gending, bagian dua kiprahan, bagian tiga mundur gending. Gerakan tari Klana Alus nampak lebih ekspresif dinamis, karena iramanya terdiri dari beberapa irama, antara lain irama satu dan irama dua. DICIPTAKAN OLEH Pencipta tari Klana Alus adalah Candraradana, selaku penari, guru tari, dan pencipta tari khususnya tari klasik gaya Yogyakarta. DITARIKAN OLEH Taran ini ditarikan oleh 1 orang penari, karena tari ini merupakan tari tunggal. Namun bisa diolah menjadi tari kelompok. Pos ini dipublikasikan di Uncategorized. Tandai permalink.b Karakter putra alus lanyap Contohnya: tari Menakkoncar, tari Gambiranom, tari Bromastra, tari Kiprah Dewakumara. 3. Tari putra gagah a) Karakter putra gagah dugangan Contohnya: tari Eko Prawiro, tari Klana, tari Prawiraguna, tari Prawira Watang, tari Anoman Cakil. b) Karakter putra gagah agal Contohnya: tari Garudha Yaksa, tari Anoman
Tarian Yogyakarta – Yogyakarta atau biasa disebut dengan Jogja menjadi provinsi yang memiliki banyak keistimewaan berbeda dengan provinsi lain di Indonesia. Jogja sangat terkenal dengan julukan kota budaya, kota pariwisata, kota pendidikan, kota seni dan masih banyak julukan lainnya. Jogja juga memiliki hidangan khas yang istimewa sekaligus lezat bahkan menjadi kegemaran banyak orang yang bukan berasal dari Yogyakarta. Selain itu, ada begitu banyak kesenian tradisional Yogyakarta yang sangat menarik seperti salah satunya tarian Yogyakarta. Daftar Nama Tarian YogyakartaTari Beksan Lawung AgengTari Golek MenakTari Rara NgigelTari KumbangTari Beksan Srikandi SuradewatiTari Golek Ayun AyunTari Arjuna WiwahaTari Satrio WatangTari Golek Sulung DayungTari AnggukTari Langen AsmoroTari Klono Rojo Tari Beksan Lawung Ageng Tarian adat Yogyakarta ini juga sering disebut dengan tari beksan lawung yang menjadi tari tradisional Keraton Yogyakarta. Tarian ini biasanya akan ditampilkan oleh 16 orang penari yang semuanya pria terdiri dari 4 orang jajar, 2 orang botoh, 4 orang pengampil, 4 orang lurah dan juga 2 orang salaotho. Dari catatan sejarah, salah satu dari tarian beksan ini diciptakan Sri Sultan Hamengku Buwono I atau Pangeran Mangkubumi antara tahun 1755 hingga 1792. Beksan terinspirasi dari kondisi kegiatan para prajurit sebagai abdi dalem raja yang secara rutin melakukan latihan watangan. Latihan watangan adalah latihan ketangkasan dalam berkuda dengan membawa sebuah lawing atau watang yakni tongkat panjang berukuran sekitar 3 meter yang bagian ujungnya tumpul dan saling menyodok untuk menjatuhkan lawan. Tarian Yogyakarta ini menjadi bentuk usaha Sang Sultan untuk mengalihkan perhatian para penjajah Belanda pada kegiatan prajurit di Keraton Yogyakarta sebab ketika itu Sultan harus tunduk dengan kekuasaan belanda. Tari Golek Menak Tari golek menak adalah salah satu tarian adat Yogyakarta yang terinspirasi dari gerakan Wayang Golek Menak dengan nilai seni yang sangat tinggi. Tarian ini juga diciptakan Sri Sultan Hamengku Buwono IX karena rasa cinta dan kagumnya pada Wayang Golek Menak tersebut. Tarian ini dinamakan Golek Menak memang karena terinspirasi dari pertunjukan wayang sehingga gerakan, alur cerita, busana dan juga tokoh para penari juga mewujudkan Wayang Golek Menak. Tari Rara Ngigel Ini merupakan tarian daerah Yogyakarta yang bercerita mengenai seorang gadis yang sedang tumbuh dewasa sehingga juga ditarikan oleh para wanita akan tetapi terkadang juga bisa dilakukan berpasangan dengan pria. Tarian ini menjadi penggabungan dari ciri khas Yogyakarta yakni lemah lembut dan juga tegas dimana dalam pertunjukannya, para penari akan memakai busana campuran antara adat budaya Jawa dengan Cina. Tari Kumbang Tari kumbang merupakan tarian dari Yogyakarta yang bercerita mengenai sepasang kumbang jantan dan betina yang sedang saling berkejaran dan beterbangan seperti sepasang kekasih lalu terbang ke bunga untuk menghisap sari bunga bersama. Kumbang jantan dan betina yang sedang memadu kasih tersebut akan diiringi dengan suasana romantis dimana ketika dipertunjukkan, para penonton juga akan diajak untuk berimajinasi dengan suasana romantis yang tercipta tersebut. Tari Beksan Srikandi Suradewati Tari beksan srikandi suradewati adalah tarian tradisional Yogyakarta yang bercerita tentang perang antar Dewi Suradewati dengan Dewi Srikandhi. Suradewati merupakan aduk dari Prabu Dasalengkara yang sangat ingin Dewi Siri Sendari untuk menjadi istrinya. Dewi Suradewari kemudian diutus untuk melamarkan Prabu Dasalengkara tersebut akan tetapi ternyata Dewi Siti Sendari sudah dijodohkan dengan Raden Abimanyu. Dari situlah akhirnya terjadi perang antara Suradewati dengan Srikandhi yang membela Raden Abimanyu yang akhirnya dimenangkan Dewi Srikandhi dan dituangkan dalam tarian ini. Tari Golek Ayun Ayun Ini merupakan tarian khas Yogyakarta yang umumnya dilakukan untuk menyambut tamu kehormatan serta acara acara besar. Tarian ini bercerita tentang wanita yang sedang beranjak dewasa dan selalu bersenang senang sambil bersolek untuk mempercantik diri mereka. Tarian Yogyakarta ini biasanya akan dilakukan setidaknya 2 orang penari perempuan cantik dan anggun meski terkadang juga ditarikan lebih dari 2 orang. Gerakan yang lemah gemulai menjadi ciri khas dari tarian ini seperti sedang menyulam kain dan gerakan lainnya. Tari Arjuna Wiwaha Tarian di Yogyakarta ini merupakan tarian tradisional yang biasa ditampilkan di lingkungan Keraton Yogyakarta. Ini merupakan tari yang menceritakan tentang Arjuna yang banyak terkena godaan pada saat sedang bertapa di Indrakila. Godaan tersebut dikirim dari para bidadari cantik oleh Indra yang kemudian diperintahkan untuk menggoda Arjuna agar tapa yang dilakukannya gagal. Namun dengan keteguhan hati Arjuna, para bidadari gagal untuk menggoda Arjuna sampai akhirnya Indra yang datang dan menyamar sebagai seorang Brahmana dalam kondisi tua renta. Mereka kemudian berdiskusi hingga akhirnya Indra menunjukkan jati dirinya. Tari Satrio Watang Tari satrio watang yang juga disebut dengan tari prawiro watang adalah tarian Yogyakarta yang bercerita tentang kegagahan prajurit pada zaman dulu yang mahir dan lihai ketika memakai senjata atang atau tongkat. Satrio memiliki arti prajurit atau ksatria, sedangkan watang memiliki arti tongkat yang terbuat dari kayu. Penggunaan tongkat atau watang ini menjadi ciri khas dari tari satrio watang. Ketika dipertunjukkan, tarian ini akan dilakukan pria yang gagah dan biasanya akan dipentaskan dengan berkelompok atau tunggal. Tari Golek Sulung Dayung Ini merupakan tarian khas Yogyakarta yang mengisahkan tentang seorang perempuan muda yang sangat memperhatikan penampilan diri dan selalu ingin terlihat menarik. Ini kemudian dituangkan dalam tarian dimana gerakannya terlihat seperti sedang bercermin, memakai perhiasan dan gerakan lainnya. Karakter genit dan kemayu juga menjadi ciri khas dari tarian ini. Dalam pertunjukannya, tari golek sulung dayung umumnya dilakukan para pria yang memiliki postur tubuh kecil dan berwajah feminim. Akan tetapi dengan berkembangnya wakti, tarian ini juga sudah bisa dilakukan para wanita yang dilakukan secara berkelompok atau tunggal. Tari Angguk Tari angguk merupakan tarian dari yogyakarta yang berbentuk tarian namun juga disertai dengan pantun rakyat berisi tentang kehidupan manusia mengenai tata krama, budi pekerti dan juga nasihat. Ketika ditampilkan, tarian yogyakarta ini biasanya akan diiringi nyanyian berisi kata yang diambil dari Kitab bertuliskan huruf Arab yakni kitab Tlodo yang kemudian dinyanyikan dalam lagu Jawa bergantian antara penari dan pengiring musik. Tari Langen Asmoro Tari langen asmoro adalah tarian khas yogyakarta yang mengisahkan tentang percintaan. Tarian ini menceritakan tentang sepasang kekasih yang sedang memadu kasih, saling jatuh cinta, mesra dan bahagia ketika sedang bersama. Tarian ini biasanya ditampilkan dalam acara pernikahan agar bisa dijadikan contoh penganti untuk bisa saling berbahagia dan terhindar dari masalah. Tari Klono Rojo Tarian yogyakarta yang dinamakan kloro rojo atau klana raja bercerita tentang adegan raja yang sedang jatuh cinta pada putri cantik jelita serta mendapat inspirasi dari cerita Wayang Wong. Untuk itu ketika ditarikan akan terlihat gerakan penari yang sebagian besar diangkat dari cerita Wayang Wong tersebut. Klono rojo yang dijadikan nama tarian ini diambil dari kostum yang digunakan para penari serta ragam seorang raja yang sedang memakai mahkota. Tariansirih sekapur merupakan tarian tradisional dari daerah Jambi yang menjadi salah satu ciri khas dari Bangka Belitung. poto wolo dan yapla Iya merupakan contoh tari-tarian NTT. dan yang terakhir adalah tari hedung. tari Rara Ngigel, tari kembang Yogyakarta, tari Beksan Srikandi Suradewati, tari Klana Raja, tari Arjuna Eiwaha, tari Latar Belakang Tari Klana Alus adalah jenis Tari Tunggal Putra yang menjadi bagian dari Tari Klasik Gaya Yogyakarta, sebuah hasil karya dari seorang penari dan guru tari bernama R. Soenartomo Tjondroradono Candraradana. Pada awalnya tarian ini hanya ditampilkan di dalam istana, namun seiring perkembangannya, atas izin dari Sri Sultan Hamengku Buwana VII yang ditandai dengan hadirnya organisasi kesenian Kridho Bekso Wiromo, akhirnya Tari Klasik diperkenankan untuk diajarkan serta dikembangkan diluar keraton. Tarian Klana Alus ditarikan dengan karakter dan gerak tari yang halus, adapun ciri khas dari gerakan tari ini adalah gerakan ngana atau kiprahan yang diungkapkan melalui gerak Muryani Busana. dikatakan sebagai tari yang menggambarkan keadaan seorang Raja yang sedang merindukan seorang putri, terutama tercermin pada gugusan gerak Muryani Busana yang dimaknai sebagai gerakan orang berhias dan berbusana. Gerakan Muryani Busana sangatlah mendominasi pada tari ini, yang mana lebih cenderung sebagai penggambaran orang yang sedang berhias diri. secara garis besar tari ini dibagi menjadi tiga bagian yakni Maju Gending, Kiprahan dan Mundur Gending. Secara keseluruhan gerakan tari terlihat lebih ekspresif dan dinamis dengan irama yang terdiri dari beberapa irama, diantaranya adalah irama satu dan irama dua. Iringan”klana alus” biasanya gendhing ”cangklek laras slendro palet 9. Tari Klana Alus, di samping berfungsi sebagai tontonan yang berarti memberi hiburan, rasa senang, dan kenikmatan, juga memberi makna tersendiri. Ditilik dari namanya, tari Klana Alus diilhami oleh seorang raja yang sedang merindukan seorang putri dan ditarikan oleh laki laki. Kerinduan dengan seorang putri tercermin dalam gerakan muryani busana yang meliputi ragam miwir rikmo, ngilo asta dan sebagainya. Gerakan miuryani busan adalah gugusan gerak yang mempunyai makna/isi orang berhias dan berbusana, mulai dari memakai pakaian sampai mengenakan asesoris. Apabila dilihat dari struktur geraknya, tari Klana Alus didominasi oleh gerak muryani busana. Penggambaran gerak muryani busana di dalam tari Klana Alus ternyata tidak hanya sekedar meniru orang yang sedang mengenakan pakaian, tetapi lebih menekankan pada penggambaran orang yang sedang berhias diri. Lokasi Tari Klana Alus dipentaskan di Kraton Yogyakarta dan Puro Pakualaman Akses Kraton Yogyakarta dan Puro Pakualaman dapat dengan mudah diakses dengan menggunakan bus TransJogja, kendaraan umum dan kendaraan pribadi Waktu Pelaksanaan Pagelaran ini dapat disaksikan setiap hari di Kraton Yogyakarta pukul sampai WIB, sedangkan di Puro PakualamanTariKlana Raja merupakan salah satu bentuk tari tunggal gagah putra gaya Yogyakarta. Tari ini mengambil cerita dari epos Ramayana, yang menggambarkan Raja d
Tari Klana Alus Sri Suwela gaya Yogyakarta yang dikenal sampai sekarang ini merupakan tipe tari putra dengan karakter halus, dan hal ini dapat dilihat dari volume gerak serta visualisasi karakternya. Tari Klana Alus Sri Suwela gaya Yogyakarta merupakan salah satu dari beberapa bentuk tari yang bersumber dari wayang wong di Keraton Yogyakarta. Tari ini menggambarkan seorang raja atau kesatria yang sedang jatuh cinta kepada seorang wanita yang menjadi kekasihnya. Di dalam adegan jejeran wayang wong lakon Sri Suwela di Keraton Yogyakarta terdapat komposisi tari nglana, kemudian dilepas tersendiri menjadi bentuk tari tunggal. Penulisan ini untuk mengetahui pengaruh wayang wong di Keraton Yogyakarta terhadap tari Klana Sri Suwela, dan membahas penerapan konsep jogèd Mataram dalam tari Klana Sri Suwela. Penulisan ini menggunakan dua pendekatan yang melatarbelakanginya, yaitu pendekatan tekstual dan pendekatan konstektual. Secara tekstual pemberlakuan tari berkaitan dengan bentuk, struktur, dan gaya tarinya. Secara kontekstual pemberlakuan tari sebagai teks kebudayaan, dapat ditelaah melalui kedudukannya di masa sekarang kaitannya dengan catatan yang ada di masa lampau. Pencermatan tari Klana Alus Sri Suwela melibatkan unsur-unsur yang mendasari penjelasan tentang konsep tari Jawa gaya Yogyakarta. Unsur- unsur wiraga, wirama, dan wirasa merupakan unsur-unsur yang sangat penting dalam menjelaskan konsep tari Jawa. Di dalam pelaksanaan menari unsur wiraga, wirama, dan wirasa harus dibekali suatu ilmu yang disebut jogèd Mataram. Jogèd Mataram sekarang ini dikenal dengan konsep jogèd Mataram, terdiri dari empat unsur yaitu, sawiji, greged, sengguh, dan ora mingkuh. Bentuk dan struktur tari mengacu pada tata hubungan dalam struktur tari, sistem pelaksanaan teknik dan cara bergerak dalam bagian-bagian tubuh penari sebagai perwujudan tari yang utuh. Kata Kunci Konsep Joged Mataram To read the full-text of this research, you can request a copy directly from the author.... Types of sports dance are constantly changing and transforming according to the emergence of new musical directions, rhythms and movements, therefore modern dances based on fresh and bright melodies, such as strip dance, tectonic breakdance [13]. Physical activity in Indonesia from 1970 to 2019 had movements that were basically based on movements that continued to be modified along with the times based on research from [14], physical activity is an integral part of a person's lifestyle and behaviours [8]. Fundamentally it does not prioritize regional culture and the art of movement which of course culture is a form of activity with a systematic pattern of movement starting from regional music and calculations on regional instrumentals that are created, human initiative in fulfilling their complex life needs and contains elements of joy for the elderly [15]. ...... Pada taraian terdapat pesan dari masyarakat yaitu, gagasan, pengetahuan, nilai, kepercayaan dan norma. Menurut Supriyanto, 2012 "Tari adalah suatu bentuk pernyataan imajinatif yang tertuang melalui kesatuan simbol-simbol gerak, ruang, dan waktu". Pada setiap tarian tradisional tidak Pertunjukkan budaya yang meliputi pertunjukkan seni, olahraga, ritual, festifal-festifal dan bentuk keramaian. ...Lisdawati LisdawatiAbdul Rahman SakkaTari Sumajo Tusang pada pesta pernikahan di Desa Salu Rante Kecematan Rongkong Kabupaten Luwu Utara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk penyajian Tarian Sumajo Tusang pada pesta pernikahan di Desa Salu Rante, dengan mengungkapkan bagaimana bentuk penyajian dan urutan cara melakukan Tarian Sumajo Tusang. Tarian Sumajo Tusang adalah warisan dari nenek moyang zaman dahulu yang tidak ditemukan penemunya pada saat itu, sehingga sampai sekarang masih digunakan pada masyarakat Desa Salu Rante. Dalam penyajian tarian ini berjumlah 6 orang penarai wanita, yang membentuk gerak seperti peyembahan, pejemputan dan membebaskan selendang yang di pakai penari. Tarian ini dipentaskan di tempat yang terbuka dan digedung. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif. Dengan menggunakan teknik pengumpulan data pada peneliti yaitu wawancara, dokumentasi dan observasi. Setelah data terkumpul data dianalisis secara benar dan di sesuaikan dengan kebutuhan dan kaitannya pada masalah yang akan dibahas. Ada pun jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder dengan instrumen yaitu peneliti sendiri. Hasil penelitian ini berdasarkan data yang dikumpulkan yaitu menunjukkan bahwa tarian sumajo tusang merupakan tarian yang dikembangkan oleh masyarakat salu rante. Dalam bentuk penyajian tarian ini menyimbolkan bahwa tarian ini merupakan kesimpulan dalam kegembiraan pada pesta pernikahan dan menggambarkan kehidupan yang di lalui pada zaman dahuluTio Martino Muhammad JazuliTujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan makna simbolik pertunjukan Tari Topeng Klana Cirebon. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan semiotika. Data diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi yang diabsahkan dengan triangulasi, kemudian dianalisis menggunakan tahap pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan simpulan. Hasil penelitian menunjukan makna Tari Topeng Klana terdapat pada elemen penari, gerak representatif, gendhing gonjing, busana, properti ules, kedok, gantungan, sesaji dan lakon. Pemaknaan berasal dari masyarakat atau penonton dan seniman setempat. Penonton menginterpretasi Tari Topeng Klana Cirebon sebagai konotasi angkara murka dan wujud amarah. Seniman memaknai Tari Topeng Klana menjadi tiga interpretasi, yaitu 1 Manusia yang berada pada puncak kematangan fisik, psikis, dan pola pikir. 2 Semangat mencapai tujuan hidup dengan memegang teguh pedoman agar jauh dari ketersesatan. 3 Manusia dalam mencapai dan menetapkan suatu tujuan manusia selalu bertindak dengan penuh pertimbangan. Interpretasi masyarakat yang bertentangan dengan seniman setidaknya dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu 1 ketidaktahuan masyarakat, 2 penghayatan yang kurang mendalam, 3 feferensi masyarakat dalam menginterpretasi berdasarkan pengetahuan yang populer di lingkungannya, serta 4 faktor HamalikOemar Hamalik, 2003, Proses Belajar Mengajar. PT Bumi Akasara, Pendidikan. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas IndonesiaSamuel SoeitoeSamuel Soeitoe, 1982, Psikologi Pendidikan. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, dan Faktor-faktor yang MempengaruhinyaSlametoSlameto, 2003, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. PT Rineka Cipta, Suatu Studi tentan Resep Pembuatan Wanda-wanda Wayang Kulit Purwo dan Hubungannya dengan Presentasi RealistikSp SoedarsoSoedarso, SP., 1986, "Wanda Suatu Studi tentan Resep Pembuatan Wanda-wanda Wayang Kulit Purwo dan Hubungannya dengan Presentasi Realistik", Laporan Penelitian, Proyek Penelitian dan pengkajian Kebudayaan Nusantara Javanologi Direktorat Jenderal Kebudayaan dalam Pandangan KebudayaanBen SuhartoSuharto, Ben, 1991, "Tari dalam Pandangan Kebudayaan", dalam Jurnal SENI Edisi Perdana, BP. ISI, Tari Gaya Yogyakarta Jenis dan PerwatakannyaSoenartomo TjondroradonoTjondroradono, Soenartomo, 1996, "Pengetahuan Tari Gaya Yogyakarta Jenis dan Perwatakannya", Diktat, Sekolah Menengah Karawitan Indonesia, Teori dan Pengajarannya. PT Hanindita Graha WidyaJ HermanWaluyoHerman, J. Waluyo, 2001, Drama Teori dan Pengajarannya. PT Hanindita Graha Widya, Yogyakarta. ISSN 1858-3989
Zamanprimitif adalah zaman prasejarah yaitu zaman sebelum munculnya kerajaan sehingga belum mempunyai pemimpin secara formal. Zaman primitif ini berkisar anatara tahun 20.000 SM - 400 M. Tari primitif merupakan tari yang berkembang di daerah yang menganut kepercayaan animisme, dan dinamisme. ciri - ciri tari primitif antara lain : Eeg3aN.